Ilustrasi : AI/ Rizal Tanjung
“Ada pepatah yang mengatakan. Jika anda ingin menghancurkan orang, anda juga akan dihormati”
Oleh: Rizal Tanjung
HATIPENA.COM – Pepatah itu tampaknya menyampaikan ironi kehidupan. Namun, perlu dicermati bahwa menghancurkan orang lain untuk meraih kehormatan adalah pandangan yang sangat destruktif dan jauh dari nilai-nilai moral yang baik.
Sebaliknya, rasa hormat sejati biasanya muncul bukan dari tindakan merendahkan atau menyakiti orang lain, melainkan dari kontribusi positif yang kita berikan kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Jalan yang didasari oleh niat baik dan integritas lebih langgeng daripada upaya untuk mencapai kehormatan melalui cara yang merugikan orang lain.
Namun pikiran seperti itu, yaitu pandangan bahwa menghancurkan orang lain dapat membawa kehormatan, bisa dikaitkan dengan ideologi atau sistem kepercayaan tertentu yang mendukung ambisi, kekuasaan, atau dominasi sebagai cara mencapai status atau penghormatan. Berikut beberapa perspektif ideologi yang bisa terkait:
Machiavellianisme
Ideologi ini diambil dari pemikiran Niccolò Machiavelli, terutama dalam karyanya The Prince. Dalam ajarannya, Machiavelli menekankan bahwa kekuasaan sering kali membutuhkan strategi, manipulasi, dan bahkan tindakan amoral untuk mempertahankan atau meningkatkannya. Dalam konteks ini, menghancurkan musuh dapat dianggap sah selama hasil akhirnya adalah kekuasaan atau kehormatan.
Darwinisme Sosial
Ideologi ini mengacu pada penerapan konsep “survival of the fittest” dalam kehidupan sosial. Pendukung Darwinisme Sosial beranggapan bahwa yang kuat akan mengalahkan yang lemah, dan ini dianggap sebagai proses alami untuk mencapai dominasi atau keunggulan.
Fasisme
Dalam ideologi fasisme, penghormatan sering kali diraih melalui penaklukan atau penghancuran pihak lain yang dianggap lemah atau tidak sejalan dengan ideologi dominan. Fasisme mengutamakan kekuatan, kontrol, dan subordinasi sebagai cara mencapai kekuasaan dan kehormatan.
Kapitalisme Ekstrem
Dalam bentuk kapitalisme yang tidak terkendali, ada anggapan bahwa kesuksesan sering kali datang dengan “mengalahkan” pesaing. Hal ini bisa disalahartikan sebagai penghancuran kompetitor untuk mendapatkan status atau kehormatan di dunia bisnis.
Namun, pikiran seperti itu juga bisa muncul dari konteks sosial tertentu di mana kekuasaan dan ketakutan disalahartikan sebagai bentuk penghormatan, seperti dalam budaya yang sangat hierarkis atau sistem otoriter.
Bagaimanapun, ideologi ini sering kali bertentangan dengan nilai-nilai etika universal yang menekankan empati, keadilan, dan saling menghormati. (*)
2025.