Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Tangisan di Tengah Badai

December 24, 2024 13:17
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan

BANTENG menangis di tengah badai. Langit politik PDIP kembali mendung. Kali ini dihantam petir bernama “kasus suap”. Nama yang dulu dielu-elukan sebagai Sekjen tangguh, Hasto Kristiyanto, kini tenggelam dalam kubangan skandal yang mencengkeramnya seperti belenggu tak kasat mata.

Di ujung peristiwa, nama Harun Masiku, buronan abadi yang tak pernah terlihat namun selalu hadir dalam cerita. Ia kembali memantik keresahan. Bagai bayangan gelap yang mengintai, nama itu menjadi simbol dari kekacauan yang entah kapan akan berakhir.

KPK melangkah perlahan tapi pasti. Dengan tinta hitam di atas kertas SPDP, mereka menuliskan takdir baru bagi Hasto, tersangka. Suara surat itu seperti lonceng kematian reputasi. Tiap kalimatnya adalah goresan yang menusuk hati banteng yang telah lelah bertarung melawan badai skandal.

Namun, cerita ini bukan sekadar tentang hukum. Ini adalah panggung besar, di mana politik beradu dengan moralitas. Di satu sisi, rakyat bersuara. Mereka bertanya dengan mata penuh kecewa, “Apakah semua ini hanya permainan?” Di sisi lain, banteng terdiam. Suara-suara itu menggema di dinding-dinding rapat yang kini terasa sunyi.

Tak lama sebelumnya, isu PPN 12 persen telah menghantam rakyat kecil seperti gelombang tsunami. Kini, suap PAW anggota DPR menambah luka. Di belakang layar, Harun Masiku menjadi sosok misterius yang menggiring opini, menciptakan konspirasi tanpa akhir. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia selalu lolos?

PDIP, partai yang dulu gagah dengan slogan “merakyat”, kini terseok-seok. Bukan hanya karena lawan politik, tapi karena diri mereka sendiri. Publik melihat ini bukan lagi sebagai kesalahan personal, melainkan cerminan dari sesuatu yang lebih besar. Sebuah tragedi epik yang memaksa kita bertanya, masihkah ada harapan untuk integritas?

Dalam sunyi, banteng itu menangis. Ia menatap bayangan dirinya di cermin, bertanya pada diri sendiri, “Apakah aku telah kehilangan makna perjuanganku?” Sementara itu, rakyat hanya bisa menonton dari kejauhan, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Babak baru dari drama ini, siapa yang tahu akhirnya?

#camanewak

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar