Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Resensi Patung Arby Samah: Rintisan Abstraksi dalam Identitas Nusantara

June 9, 2025 17:30
IMG-20250609-WA0072(1)

Oleh: Rizal Tanjung

Memahami Arby Samah: Figur Pematung Abstrak Indonesia


HATIPENA.COM – Arby Samah (lahir 1930) adalah pelopor seni patung abstrak Indonesia, khususnya dari ranah Minangkabau, yang menanamkan akar kuat pada interpretasi bentuk non-representasional di tengah riuhnya aliran realisme pasca-kolonial. Dalam karya-karyanya, Arby tidak sekadar membebaskan bentuk dari figuratif, tetapi juga membongkar batasan antara ide dan tubuh materi. Sebagaimana tampak dalam tiga patung yang tampil pada poster, karyanya cenderung:

Menerabas anatomi dalam bentuk bebas dan organik.

Mengeksplorasi rongga dan massa sebagai pernyataan ruang dan spiritualitas.

Menciptakan metafora budaya lokal melalui idiom global, khas seni kontemporer.

Analisis Visual dan Estetik Karya

Tiga patung dalam poster tersebut dapat dilihat sebagai representasi tipikal dari gaya Arby Samah:

Patung pertama (pojok kiri atas): menyerupai sosok manusia dengan lengkung tubuh yang mengabur, menggambarkan perpaduan keintiman dan kelabilan eksistensi manusia. Ini mencerminkan pendekatan mirip Henry Moore dalam memadukan tubuh dan ruang.

Patung tengah (hitam dengan lubang dan pola runcing): memberi kesan eksplorasi ruang-negatif dan struktur biomorfik. Pola berlubang adalah elemen penting yang menandai kekosongan sebagai bentuk eksistensi. Arby bermain di wilayah yang juga dieksplor oleh Barbara Hepworth dari Inggris — pematung modernis yang menganggap “lubang” sebagai jiwa dari bentuk.

Patung kanan bawah (mirip tangan dalam gestur ok): terlihat sederhana namun penuh makna. Patung ini bisa dibaca sebagai simbol keseimbangan batin dan komunikasi universal. Estetika minimalis ini berdekatan dengan karya Isamu Noguchi, pematung Jepang-Amerika yang dikenal karena menyatukan Zen, abstraksi, dan keheningan ke dalam seni rupa.

Posisi Arby Samah dalam Konteks Dunia dan Indonesia

Dalam sejarah seni patung Indonesia, Arby Samah termasuk generasi transisi dari era R.P. Soerono yang beraliran realis-figuratif ke arah yang lebih eksperimental dan abstrak. Ia sejajar secara ideologis dengan pematung kontemporer Indonesia seperti:

Nyoman Nuarta (realisme monumental – Garuda Wisnu Kencana)

Dolorosa Sinaga (ekspresionisme sosial)

Suwage dan Heri Dono (konseptual & naratif)

Namun, berbeda dengan mereka yang banyak bermain pada simbolisme sosial-politik, Arby memilih jalan sunyi abstraksi sebagai laku spiritual dan eksistensial. Hal ini membuatnya lebih dekat dengan pematung dunia seperti:

Jean Arp (Prancis/Swiss) – bentuk biomorfik

Constantin Brancusi (Rumania) – esensi bentuk dalam reduksi maksimal

Henry Moore (Inggris) – tubuh yang dijadikan lanskap emosional

Barbara Hepworth (Inggris) – kehampaan sebagai jiwa dari materi

Noguchi (Jepang-Amerika) – filsafat Zen dalam keheningan bentuk

Nilai Kultural dan Filosofis

Sebagai seniman Minangkabau, Arby Samah membawa nafas “manunggaling rasa” dalam setiap bentuk nonrepresentasionalnya. Ia seperti menyulam nilai adat basandi syarak ke dalam patung yang tidak memperlihatkan tubuh secara literal, tetapi menyiratkan ruh dan struktur batin dari manusia Minang itu sendiri: tahan uji, kokoh, namun lentur.

Arby Samah adalah rangkaian sunyi dalam keramaian seni rupa Indonesia. Ia membuka jalan bagi generasi pematung yang ingin keluar dari beban representasi tubuh dan sejarah. Dalam dunia yang masih menyukai bentuk dan pesan literal, ia hadir sebagai penyeimbang — pengukir ruang dalam keheningan. Karya-karyanya adalah puisi batu dan kayu yang menyuarakan dunia dalam bahasa yang tak terucap, namun terasa. (*)

Sumatera Barat, 2025